AMPM Radio OnAir Now

2010/06/15

Dukun Afrika Mengawal Piala Dunia


Afrika memiliki reputasi sebagai benua di mana sihir kuno menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bidang olahraga.

Kali ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah, perhelatan akbar Piala Dunia yang mempertemukan para pesepakbola terbaik dari berbagai negara, digelar di Afrika, tanah leluhur kuno yang kuat dengan sihir hitamnya seperti dalam ritus voodoo.

Kekecewaan dan ketidakpuasan di masa lalu akibat perlakuan rasis FIFA yang sempat enggan menggelar turnamen bergengsi Piala Dunia di tanah Afrika, membuat rakyat Afrika merasa penting untuk meluruskan sejarah sepakbola dan menorehkan sejarah mereka sendiri di pentas sepakbola dunia. Pelatih tim akan memastikan pemain mereka dalam kondisi bagus, para pemain akan bertanding sepenuh jiwa raga, dan ribuan suporter akan setia memberikan dukungan tanpa henti.

Lantas, apakah semua persiapan itu sudah cukup? Ternyata belum. Afrika masih berharap dukungan terpenting yang datang dari arwah-arwah leluhur mereka. Mereka dipercayai akan mengalir melalui daun-daun dan akar-akar tanaman, serta dari darah binatang. Begitulah kepercayaan kuno Afrika. Tapi, apakah sihir kuno Afrika benar-benar akan berlaku pada Piala Dunia kali ini?

“Kami menyebutnya (sihir kuno) itu sebagai ‘gris-gris.’ Gris-gris adalah kekuatan spiritual yang pada masa lalu digunakan untuk membuat para pejuang Afrika merasa kuat secara fisik dan moral dalam kondisi apapun. Dengan demikian, mereka siap menghadapi pertempuran melawan musuh-musuh mereka,” ujar sejarawan Alain Hounho seperti dilansir allAfrica.

Hounho menjelaskan, dalam ritual kuno Afrika, ramuan gaib dan kalung pelindung digunakan untuk menjamin kemenangan. “Koloni Prancis di Afrika dulu tidak dalam menangkap Raja Behanzin (raja terakhir Benin), karena mantra dan kekuatan spiritualnya lebih kuat daripada bubuk mesiu,” kisah Hounho.

Ia menyatakan, kekuatan spiritual dapat dengan mudah ditemukan di seluruh wilayah Afrika. Animisme (keyakinan bahwa benda mati mempunyai jiwa dan kekuatan gaib) dan pemujaan terhadap dewa merupakan kepercayaan dominan sebelum periode penjajahan di Afrika.

“Sisa-sisa kepercayaan itu dapat dilihat dalam ritual darah binatang dan puisi-puisi spiritual yang dapat membuat pepohonan layu dan sungai-sungai mengering,” kata Hounho.

“Sangat mungkin untuk mengakhiri kehidupan atau memperlambat gerak manusia melalui sihir hitam. Opsi terakhir itulah yang dibutuhkan tim Afrika untuk memenangkan Piala Dunia,” tutur Hounho.

Namun, tidak semua rakyat Afrika setuju dengan praktek-praktek sihir kuno tersebut. Khususnya dalam menyambut Piala Dunia di tanah kelahiran mereka.

“Sepakbola salah satu permainan paling adil di dunia, tidak memerlukan sihir kuno. Tim terbaik akan menang dan tim yang lebih lemah harus menunjukkan sportivitas. Afrika tidak akan pernah diuntungkan dengan kemenangan tidak adil akibat praktek-praktek gaib,” tandas Hermann, seorang pelajar Kongo di Afrika Selatan.

Ia yakin, gris-gris atau kekuatan spiritual kuno Afrika tidak akan berdampak apapun pada sepakbola. “Semua itu soal psikologi semata,” tutupnya.

• VIVAnews

0 comments:

Posting Komentar